CeritaRakyat Bali / dongeng sebelum tidur (Youtube Dongeng Kita) Buleleng dan Singaraja kini menjadi salah satu nama daerah di Bali. Dalam cerita rakyat Bali, kedua nama itu punya asal usul. Kisah asal muasal Buleleng dan Singaraja datang dari penguasa Bali, Sri Bagening. Selain itu pemeran utama I Gede Pasekan.
PHBDtelah berhasil membangkitkan potensi masyarakat di 700 desa.
PersaudaraanNusa Laut dan Ambalau Khatijah Suneth, S.Pd. 113 Pertikaian Asu dan Manjangan Muhd. Ali Sangadji, S.Pd. 117 Elang Raksasa Penjaga Pulau Buru Itulah cerita rakyat dari kampung Wamlana, Pulau Buru. 29 29 ANTOLOGI CERITA RAKYAT PULAU BURU ANTOLOGI CERITA RAKYAT PULAU BURU BENDERA PUSAKA DI DESA SIAHONI
Report DOWNLOAD PDF. Darman dan Darmin. Cerita Rakyat dari DKI. Ditulis oleh. Juhriah. DARMAN DAN DARMIN Penulis : Juhriah Penyunting : Kity Karenisa Ilustrator : Maria Martha Parman Penata Letak : Papa Yon Diterbitkan pada tahun 2016 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun Jakarta Timur Hak Cipta
Hi Terima kasih telah menonton dan mendengarkan cerita ini.Suri Ikun adalah cerita rakyat dari Nusa Tenggara Timur, bercerita tentang salah satu anak dari k
DownloadEbook 14 Cerita Rakyat Melayu Butang EmasMALAYSIA TERBAIK 2019 14 Cerita Rakyat Melayu Butang 14.CERITA RAKYAT Di antara prosa khazanah Kepulauan Riau ialah cerita rakyat dan cerita tulisan para penulis daerah ini,baik lama maupun baru. Berikut ini disajikan beberapa contohnya. Page 10/42
. Cerita rakyat Putri Mandalika dari Nusa Tenggara Barat NTB menjadi salah satu kisah yang populer di Indonesia Timur. Bila kamu belum tahu, mari simak dongengnya secara lengkap dalam artikel ini!Tak hanya memiliki banyak destinasi wisata cantik, NTB juga mempunyai produk budaya yang beragam. Salah satunya adalah cerita rakyat Putri Mandalika yang diwariskan secara turun-temurun oleh orang-orang di artikel ini, kamu tidak hanya akan menjumpai kisah legendaris dari suku Sasak itu secara lengkap, melainkan juga pembahasan mengenai unsur-unsur intrinsiknya. Tak lupa, ada pula fakta menarik yang barangkali bisa menambah Sudah tak sabar ingin mengetahui cerita rakyat Putri Mandalika dari NTB? Yuk, langsung saja simak informasinya dalam pembahasan berikut! Semoga dari legenda itu, ada pesan moral yang bermakna yang bisa kamu Rakyat Putri Mandalika dari NTB Sumber YouTube – Dongeng Kita Pada zaman dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan yang berdiri di daerah Lombok. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana dan adil bernama Raja Tonjang Beru. Ia memimpin kerajaannya bersama sang istri, Dewi Seranting. Dipimpin oleh raja yang mumpuni, rakyat kerajaan ini hidup aman, tentram, dan makmur. Oleh sebab itu, tak heran jika rakyatnya sangat mencintai raja mereka. Kebahagiaan semakin menyelimuti negeri ketika raja dan ratu dikaruniai seorang anak perempuan. Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting memberikan nama Putri Mandalika kepada anaknya yang baru lahir itu. Sang putri tumbuh menjadi pemudi yang cantik jelita dan berkepribadian luhur. Kabar tentang keberadaan putri cantik jelita dengan kepribadian yang luhur pun tersebar ke seluruh negeri. Banyak putra mahkota dari kerajaan-kerajaan lain di Nusa Tenggara yang datang menghadap ke Raja Tonjang Beru. Raja Tonjang Beru dengan senang hati menerima kedatangan tamu-tamu tersebut. “Pangeran, kamu datang dari negeri yang jauh. Kira-kira apa maksud kedatanganmu kemari?” tanya sang raja kepada salah satu pangeran. “Maafkan atas kelancangan saya, Yang Mulia. Hamba sudah mendengar tentang Putri Mandalika yang tak hanya cantik parasnya, tapi juga luhur kepribadiannya. Jika Yang Mulia berkenan, saya bermaksud untuk meminang sang putri sebagai permaisuri,” jawab sang pangeran. “Sebagai seorang ayah, saya tentunya merasa senang dan tersanjung apabila ada pangeran yang ingin menjadikan putri saya sebagai seorang permaisuri. Namun, untuk keputusan akhirnya, saya sepertinya perlu berbincang-bincang dahulu dengan sang putri,” terang Raja Tonjang Beru. “Terima kasih Yang Mulia karena telah mempertimbangkan lamaran saya. Saya akan menunggu keputusan Yang Mulia dengan sang putri,” ujar sang pangeran. “Baiklah kalau begitu. Silakan pangeran beristirahat dahulu di istana khusus tamu kerajaan,” ucap sang raja. Pangeran tersebut kemudian mengundurkan diri. Lamaran dari Para Pangeran untuk Sang Putri Raja Tonjang Beru bertemu dengan belasan pangeran yang hendak melamar putri semata wayangnya. Sang raja kemudian melakukan rapat terbatas dengan istri dan putri kesayangannya. “Mandalika, belasan pangeran dari penjuru negeri datang untuk melamarmu. Ayah tidak akan mengambil keputusan siapa pangeran yang akan menjadi suamimu karena keputusan itu akan ayah serahkan kepadamu,” ujar Raja Tonjang Beru. “Putriku Mandalika, ibu dan ayah akan menyetujui siapa pun pangeran yang kamu pilih sebagai suami. Kami hanya berharap kamu akan mendapatkan suami yang baik hati, bijaksana, dan cinta kepadamu,” jelas Dewi Seranting. Mendengar pendapat dari kedua orangtuanya, Putri Mandalika hanya mengangguk dan mencari waktu untuk menentukan pilihan. Ia tidak serta merta langsung memutuskan siapa pangeran yang akan ia terima pinangannya. Putri Mandalika lalu meminta seluruh pangeran yang melamarnya untuk berkumpul di balairung istana. Wanita ini ingin mengenali satu per satu pangeran yang telah menghadap ke ayahnya itu. Baca juga Legenda Si Penakluk Rajawali Asal Sulawesi Selatan dan Ulasan Menariknya, Pelajaran Berharga tentang Ketulusan Perdebatan antar Para Pangeran, Ketakutan Sang Putri Sumber YouTube – Dongeng Kita Setelah mencoba mengenali para pangeran itu, Putri Mandalika berpikir keras untuk menentukan pilihan. Namun, ketika sang putri tengah sibuk dengan pemikirannya, terjadi keributan yang disebabkan oleh para pangeran yang ingin menjadi suami Putri Mandalika. “Sang putri pasti akan memilihku. Ayahku adalah raja besar penguasa wilayah utara,” ujar salah satu pangeran. “Tidak. Akulah yang paling cocok menjadi suami sang putri. Ia tidak akan menolakku karena aku adalah putra mahkota dari kerajaan besar di wilayah barat,” jawab pangeran lainnya. “Harapan kalian tidak akan terwujud. Sang putri pasti akan memilihku karena aku adalah pewaris dari kerajaan di wilayah timur yang memiliki armada laut yang sangat kuat,” tukas pangeran yang lain. “Tidak mungkin. Jika sampai kamu atau kamu yang terpilih, aku pastikan bahwa pasukanku akan menyerang kerajaan kalian,” ancam salah satu pangeran. Pangeran yang lain langsung menimpali ancaman itu, “Kamu pikir aku takut dengan pasukanmu?! Tidak sama sekali. Pasukanku memiliki persenjataan yang lebih lengkap.” “Jika kalian berani mengirimkan pasukan ke kerajaanku, bisa aku pastikan bahwa para prajurit dan armada lautku akan menghancurkan seluruh kerajan kalian tanpa sisa,” ujar pangeran yang berasal dari wilayah timur. Mendengar para pangeran yang saling melontarkan ancaman, Putri Mandalika tidak kuat menahan emosinya. Sang putri langsung memerintahkan para pangeran untuk diam dan berhenti berdebat. Dalam benak sang putri, ia tidak mau kalau ada peperangan antar kerajaan hanya karena memperebutkan dirinya. “Pada hari ke-20 bulan ke-10 atau tiga hari dari sekarang, saya mohon para pangeran datang ke pantai pagi-pagi sekali. Saya akan memberikan jawaban atas lamaran yang telah para pangeran sampaikan kepada ayah saya,” pinta Putri Mandalika. Para pangeran menyanggupi permintaan sang putri. Mereka kembali ke tempat peristirahatan masing-masing. Sementara itu, Putri Mandalika pergi bersemedi ke pantai untuk meminta pertolongan pada Yang Maha Kuasa supaya bisa mengambil keputusan bijak. Keputusan Bijak yang Diambil oleh Putri Mandalika Putri Mandalika sudah bisa membayangkan akan terjadi peperangan besar yang akan memakan banyak korban jika ia mengambil keputusan dengan terburu-buru. Ia berharap Yang Maha Kuasa akan memberikan petunjuk untuk bisa menyikapi permasalahan yang sedang ia hadapi. Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pagi hari sekali, belasan para pangeran yang melamar Putri Mandalika berkumpul di tempat yang sang putri pinta. Selain itu, rakyat kerajaan juga berkumpul pinggir pantai yang sama karena penasaran siapa pangeran yang akan dipilih oleh putri kerajaan mereka. Tak lama, tibalah Putri Mandalika bersama Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting. Mereka berjalan kaki dari istana menuju pinggir pantai yang telah menjadi tempat berkumpul para pangeran dan rakyat kerajaan. Putri Mandalika lalu pergi berjalan menuju karang tempat ia bersemedi beberapa hari yang lalu. Sang putri kemudian menghadap ke arah para pangeran dan berkata, “Wahai para pangeran, tolong dengarkan perkataan saya ini dengan baik karena saya tidak akan mengulanginya.” “Jika aku menerima lamaran dari salah satu pangeran di antara kalian, maka akan ada peperangan yang akan menelan korban jiwa. Padahal aku hanya ingin rakyat kita di negeri ini hidup makmur, aman, dan tentram,” jelas sang putri. Putri Mandalika lalu melanjutkan, “Sungguh saya tidak akan sanggup melihat pertumpahan darah antar kerajaan yang ada di wilayah ini. Para pangeran mungkin masih bisa hidup dengan nyaman, tapi rakyat kalian akan hidup dalam penderitaan akibar dari perang.” “Maka dari itu, saya memilih untuk tidak menerima lamaran dari kalian. Saya ingin kalian semua memiliki saya, tapi tidak sebagai seorang istri. Saya ingin menjadi seseorag yang semua orang bisa miliki. Sebab itulah, saya akan menjadi nyale cacing laut yang bisa berguna untuk semua orang,” ucap sang putri. Asal-Usul Nyale yang Merupakan Jelmaan Sang Putri Tak lama setelah melontarkan pernyataannya, tiba-tiba datanglah ombak besar yang menggulung tubuh Putri Mandalika. Tanpa perlu diperintah, semua pangeran beserta rakyat yang berkumpul di pinggir pantai berenang ke arah dimana tubuh sang putri ditelan ombak. Namun, usaha para pangeran dan orang-orang yang terjun ke dalam air laut berujung sia-sia. Tubuh Putri Mandalika telah hilang dan menyatu dengan laut. Karena kelelahan, mereka pun memutuskan untuk kembali ke bibir pantai untuk beristirahat. Tiba-tiba saja, muncullah ribuan nyale berwarna-warni dari arah laut. Orang-orang yang berada di pinggir pantai itu pun lantas terkejut. Namun, mereka kemudian memahami maksud pesan dari sang putri. Rakyat lalu berbondong-bondong mengambil nyale yang mereka percaya sebagai titisan Putri Mandalika. Nyale-nyale itu warnanya beragam, dari coklat tua hingga hijau. Mereka kemudian memanfaatkan nyale sebagai bahan makanan ataupun dilepas ke area persawahan untuk menyuburkan tanah. Begitulah akhir dari cerita rakyat Putri Mandalika asal NTB. Harapan sang putri untuk bisa menjadi seseorang yang bermanfaat untuk semua orang telah terkabul. Sampai sekarang, cacing-cacing laut itu muncul setahun sekali di area pinggiran Pantai Seger, Kuta, Lombok Selatan. Baca juga Cerita Rakyat Batu Ajuang Batu Peti dan Ulasan Menariknya, Kebohongan yang Membuat Kapal Berubah Menjadi Batu Unsur Intrinsik Dongeng Putri Mandalika Sumber YouTube – Dongeng Kita Nah, kamu telah mengetahui kisah lengkap Putri Mandalika dari informasi di atas. Selanjutnya, uraian berikut akan membahas tentang unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam legenda dari suku Sasak tersebut. Yuk, simak! 1. Tema Gagasan utama atau tema dari cerita rakyat Putri Mandalika dari NTB adalah tentang pengorbanan. Sang putri mengorbankan dirinya sendiri karena tidak mau menjadi alasan timbulnya peperangan antar kerajaan di wilayah Lombok. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada beberapa tokoh yang memiliki peran penting dalam legenda dari Pulau Lombok di atas. Pertama, Putri Mandalika yang digambarkan mempunyai paras yang cantik dan kepribadian yang luhur. Selanjutnya, ada Raja Tonjang Beru yang memiliki watak bijaksana, adil, dan sayang terhadap keluarganya. Ia tidak memaksakan kehendaknya dan percaya kepada pilihan yang diambil sang putri. Dewi Seranting dijelaskan sebagai sosok ibu yang arif dan sayang terhadap keluarganya. Ia adalah ratu yang baik hati dan dicintai oleh rakyat kerajaan. Sementara itu, tokoh para pangeran yang digambarkan dalam cerita rakyat Putri Mandalika dari NTB ini memiliki beragam watak. Ada yang angkuh, arogan, dan bertindak semaunya sendiri. Ada juga yang mudah tersulut emosi dan bertindak ceroboh. 3. Latar Latar atau tempat kejadian di mana legenda di atas terjadi ada di istana, balairung, pinggir pantai, dan karang tempat sang putri bersemedi. 4. Alur Alur kisah putri kerajaan di Pulau Lombok di atas termasuk alur maju atau progresif. Legenda diawali dengan pengenalan karakter keluarga kerajaan dan kondisi kehidupan di wilayah itu. Selanjutnya, jalan cerita berkembang dengan kehadiran para pangeran dari berbagai kerajaan yang hendak melamar Putri Mandalika. Hal itu menjadi sumber dilema sang putri. Puncak konflik terjadi ketika Putri Mandalika melontarkan penolakannya kepada semua lamaran yang ia terima. Wanita ini tidak mau menjadi alasan kenapa kerajaan dan rakyatnya hidup dalam penderitaan karena para pangeran saling menyerang satu sama lain. Pada akhirnya, sang putri memilih berubah menjadi nyale yang bisa bermanfaat untuk semua orang. Dengan begitu, peperangan yang bisa menumpahkan darah bisa terhindarkan. 5. Pesan Moral Pesan moral atau amanat yang bisa kamu ambil dari cerita rakyat Putri Mandalika asal NTB adalah pengorbanan tanpa pamrih yang ditunjukkan oleh sang putri. Ia rela mengorbankan nyawanya sendiri demi keselamatan orangtua dan rakyat yang ia cintai. Selain itu, kebijaksanaan yang ditunjukkan oleh Raja Tonjang Beru juga perlu ditiru. Ia tidak memaksakan kehendaknya dan menyerah seluruh keputusan pernikahan kepada sang putri. Hal yang sama juga dilakukan oleh Dewi Seranting selaku ibu sang putri. Tak hanya unsur instrinsik, kamu juga bisa menyimpulkan unsur ektrinsik dari legenda dari Pulau Lombok di atas. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat pada saat itu, misalnya saja nilai sosial, moral, dan budaya. Baca juga Legenda Si Tanduk Panjang dari Tanah Batak dan Ulasan Lengkapnya yang Menarik untuk Disimak Fakta Menarik Sumber Wikimedia Commons – Festival Bau Nyale Kamu sudah mengetahui tentang cerita rakyat Putri Mandalika dari NTB beserta unsur-unsur intrinsiknya. Namun, belum lengkap rasanya kalau kamu melewatkan ulasan tentang fakta-fakta menarik yang berkaitan dengan legenda itu. Langsung cek saja, yuk! 1. Festival Bau Nyale Festival Bau Nyale adalah acara setahun sekali yang diselenggarakan pada sekitar bulan Februari dan Maret. Kata bau dari bahasa Sasak artinya adalah menangkap, sedang nyale berarti cacing laut. Upacara Bau Nyale dilaksanakan di Pantai Seger, Kuta, Lombok Selatan. Secara tradisi, puncak perayaan upacara ini digelar pada tanggal 20 bulan 10 kalender Sasak. Biasanya, perkiraan kedatangan nyale di pantai akan dilakukan oleh para penyamo. Penyamo merupakan orang yang ditunjuk oleh perwakilan dari empat penjuru di wilayah Lombok. Mereka akan membahas kedatangan nyale dengan menggunakan pendekatan perpaduan ilmu perbintangan, maritim, dan angin. Masyarakat di wilayah Pantai Seger sendiri memiliki tradisi unik ketika sedang mengikuti bau nyale. Mereka percaya bahwa mengeluarkan umpatan kasar akan semakin mengundang kedatangan nyale. Festival Bau Nyale tidak hanya dihadiri oleh penduduk setempat, tapi juga menarik perhatian wisatawan dalam ataupun luar negeri. Tak jarang, turis dari luar kota Lombok, seperti Mataram, datang ke festival ini untuk bisa membawa nyale ke rumah. 2. Manfaat Nyale Nyale ternyata mempunyai kandungan gizi yang bermanfaat untuk kesehatan. Cacing laut ini memiliki kandungan protein yang lebih tinggi daripada telur ayam dan susu sapi. Bahkan, hewan yang muncul setahun sekali ini kalsiumnya lebih tinggi daripada susu sapi. Selain itu, nyale bermanfaat sebagai anti diabet alami. Dalam tradisi pengobatan dari Tiongkok sendiri, cacing laut biasa digunakan sebagai obat untuk penyakit tuberkulosis, pemulihan kesehatan yang disebabkan oleh patogen, dan bermanfaat dalam pengaturan fungsi lambung dan limpa. 3. Kawasan Wisata Mandalika Mandalika menjadi sebutan untuk kawasan wisata yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kawasan wisata ini memiliki luas sekitar hektar dan diresmikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus KEK sejak tahun 2017. Mandalika dijadikan sebagai representatif tempat liburan di Lombok yang terdiri dari tujuh spot wisata alam. Sebut saja Pantai Kuta, Pantai Seger, Pantai Sereting, Bukit Merese, Pantai Tanjung Aan, Batu Payung, dan Pantai Gerupuk. Selain itu, ada juga destinasi rekreasi buatan manusia dan beragam fasilitas penginapan untuk para wisatawan dari luar kota. Baca juga Kisah Asal Mula Nagari Minangkabau dan Ulasannya, Bukti Kalau Kekerasaan Bukanlah Segalanya Cerita Rakyat Putri Mandalika dari NTB yang Menghibur Demikian ringkasan legenda Putri Mandalika yang bisa kami rangkum. Bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk membagikan kisah tersebut kepada orang-orang tersayang? Jika tertarik dengan dongeng-dongeng keren lainnya, kamu bisa sering-sering mengunjungi PosKata. Beberapa di antaranya adalah cerita rakyat Mentiko Betuah, kisah Telaga Alam Banyu Batuah, dan legenda Putri Pukes. Selamat membaca! PenulisAulia DianPenulis yang suka membahas makeup dan entertainment. Lulusan Sastra Inggris dari Universitas Brawijaya ini sedang berusaha mewujudkan mimpi untuk bisa menguasai lebih dari tiga bahasa. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
Asal usul Pulau Nusa merupakan cerita rakyat Kalteng yang akan kakak ceritakan pada malam hari ini. Konon munculnya Pulau Nusa disebabkan satu hewan yang sangat besar dan kuat yaitu Naga. Bagaimana kisah nya? Yuk kita baca bersama-sama. Cerita Rakyat Kalteng Asal Muasal Pulau Nusa Di Kalimantan Tengah Di dekat Sungai Kahayan, hidup seorang laki-laki bernama Nusa. Ia tinggal bersama istri dan adik iparnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, mereka bercocok tanam. Suatu saat, kemarau melanda desa mereka. Kekeringan terjadi dimana-mana. Sungai Kahayan pun lama-kelamaan surut. Tanaman mati, karena kekurangan air. Kemudian, Nusa dan keluarganya pergi meninggalkan desa itu untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Dengan menggunakan perahu mereka mengarungi Sungai Ruhan. Tiba-tiba, di tengah perjalanan, ada sebuah pohon besar yang tumbang, sehingga jatuh melintang di tengah sungai. Perahu Nusa terhambat dan perjalanan tidak dapat dilanjutkan. “Mari kita potong pohon ini, Dik!” ujar Nusa kepada adik iparnya. Mereka berdua mencoba membelah batang pohon besar tersebut. Namun, setelah sekian lama mereka mencoba, belum juga berhasil. Sementara itu, hari semakin sore, mereka belum juga makan. “Aku akan mencari sesuatu ke dalam hutan untuk kita makan. Kau lanjutkanlah pekerjaan ini;” kata Nusa kepada adik iparnya. Lalu, ia masuk ke dalam hutan. Selang beberapa saat, Nusa kembali ke perahu mereka dengan membawa sebutir telur raksasa. “Lihatlah apa yang kubawa! Telur ini cukup untuk mengisi perut kita yang lapar!” kata Nusa, “Cepat rebuslah telur ini!”” Istri dan adik ipar Nusa memandang telur tersebut dengan wajah khawatir. “Bang, lebih balk jangan memakan telur itu. Tidakkah Abang tahu itu telur apa?” kata sang istri. “Aku tidak peduli ini telur apa. Jika kalian tidak mau memakannya, biar aku saja yang menghabiskannya!” Lalu, Nusa merebus telur itu dan memakannya hingga habis. Pagi harinya ketika terbangun dari tidur, Nusa merasakan tubuhnya gatal luar biasa. Muncul bercak-bercak merah. Ia panik dan meminta istrinya membantu menggaruk tubuhnya. Namun, rasa gatal justru semakin menjadi. Bukan hanya itu, bercak-bercak merah itu lalu berubah menjadi sisik-sisik sebesar uang logam di seluruh tubuhnya. Kemudian, adik iparnya pergi mencari pertolongan. °Maafkan Abang, Dik. Rupanya, telur yang Abang makan semalam itu adalah telur naga. Beginiiah jadinya, lama-kelamaan tubuh Abang akan menyerupai naga;” Kato Nusa dengan sedih. Adik ipar Nusa datang bersama serombongan warga. Mereka sangat terkejut melihat keadaan Nusa. Tubuhnya sudah ditumbuhi sisik dari dada sampai ujung kaki. Ukuran t ubuhnya pun semakin lama semakin besar. Panas terik menyengat tubuh Nusa yang dibaringkan di pinggir sungai. “Terik sekali matahari membakar tubuhku. Aku mohon gulingkanlah aku ke sungai,” kata Nusa. Cerita Rakyat Kalteng Asal Usul Pulau Nusa Dengan saling membantu, warga mendorong tubuh Nusa ke dalam sungai. Nusa mmandang langit kemudian bicara kepada istrinya, “Adinda, sebentar lagi akan terjadi badai besar. Lebih baik kau, adikmu, dan para penduduk segera meninggalkan tempat ini. Tinggalkanlah Abang di sini. Ini sudah menjadi takdir Abang. Kita harus berpisah. Maafkanlah Abang;” kata Nusa dengan sedih. Istri Nusa menangis tersedu-sedu, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia pun pergi menyelamatkan diri bersama adiknya dan para penduduk. Benar saja. Menjelang malam, hujan besar melanda daerah itu. Petir bergemuruh dan Sungai Ruhun pun meluap. Tubuh Nusa hanyut terbawa banjir ke Sungai Kahayan. Sampai di muara Sungai Kahayan, Nusa berdiam diri. Ada banyak ikan kecil di sana yang bisa disantapnya. Namun, kehadirannya membuat cemas ikan-ikan di sekitarnya. Hidup mereka terancam. Lalu, mereka berunding mencari cara untuk membuat naga besar itu tidak lama tinggal di sana. “Bagaimana cara kita mengusirnya dari sini, teman-teman?” kata ikan jelawat. “Aku ada ide. Kalian tenanglah, tunggu aku beri aba-aba kepada kalian untuk membantuku.” kata ikan saluang. Sore harinya, Naga Nusa melihat seekor ikan saluang duduk termenung tidak jauh darinya. “Hai ikan mungil, kenapa kau terlihat sedih begitu?” tanya Naga Nusa. Ikan saluang menatap Naga Nusa dengan takut, “Tuan Naga, kemarin aku bertemu dengan seekor naga yang besarnya sama denganmu. Ia tahu kau tinggal di sini. Ia memintaku untuk menyampaikan kepadamu bahwa ia menantangmu berkelahi.” “Apa? Ia berani menantangku? Baiklah! Katakan kepadanya besok aku tunggu di sini.” seru Naga Nusa geram. Keesokan harinya, Naga Nusa sudah menunggu lawannya. Ia mondar- mandir sampai kelelahan, tetapi tak satu pun ikan datang. Bahkan, ikan saluang pun tidak muncul. Nusa pun kelelahan dan tertidur. Melihat Naga Nusa tertidur, ikan saluang yang semenjak tadi bersembunyi berjalan mendekati ekor naga tersebut. Tiba-tiba ia berteriak, “Tuan Naga! Musuhmu datang!” Naga Nusa terkejut dan memutar kepalanya ke arah ekornya, gerakannya mengeluarkan bunyi mendesau yang sangat keras. Nusa mengira bunyi itu adalah bunyi musuhnya, dengan cepat ia menggigit ekornya, karena dikiranya itu adalah musah yang datang Nusa melolong kesakitan. Ikan saluang segera memanggil teman temannya dan bersama-sama menggerogoti luka di ekor Naga Nusa. Nusa semakin kesakitan dan bergerak-gerak sekuat tenaga menghindari gigitan ribuan ikan kecil di ekornya. Lama-kelamaan ia kehabisan tenaga kemudian mati. Semakin hari kerangka naga yang mati tersebut tertimbun dan ditumbuhi pepohonan. Lama-kelamaan kerangka yang ditumbuhi pohon itu semakin luas sehingga membentuk sebuah pulau. Pulau inilah yang dinamakan Pulau Nusa. Letak pulau ini di Sungai Kahayan Pesan moral dari cerita rakyat kalteng Asal Usul Pulau Nusa adalah sebaiknya kita selalu berhati-hati dengan sesuatu yang tidak kita ketahui asal usulnya. Baca Cerita rakyat Kalimantan Tengah lainnya pada artikal kakak berikut ini Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah Buaya dan Naga
Ada sebuah pepatah yang mengatakan kalau tak kenal maka tak sayang. Nah, berikut ini ada cerita rakyat dari Sumbawa berjudul Tanjung Menangis yang menarik untuk disimak. Yuk, langsung dicek saja!Sama seperti provinsi lainnya di Indonesia, Nusa Tenggara Barat memiliki kisah legenda yang sayang sekali kalau dilewatkan. Salah satunya yang nanti bisa kamu baca di sini adalah cerita rakyat Tanjung Menangis yang berasal dari daerah masuk ke cerita, kamu harus tahu dulu kalau Tanjung Menangis merupakan sebuah tempat wisata yang begitu indah. Namun siapa sangka di balik keindahannya, ada sebuah legenda yang tragis yang seperti kisah lengkapnya? Daripada semakin penasaran, mending langsung cek saja cerita rakyat Tanjung Menangis di bawah ini. Selain ceritanya, kamu pun dapat menmukan ulasan unsur intrinsik dan fakta Rakyat Asal Usul Tanjung Menangis Asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat Sumber Indonesia Kaya Pada zaman dahulu kala di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, ada sebuah kerjaan yang dipimpin oleh seorang datu atau raja. Raja tersebut diberi gelar Datu Samawa. Sang raja memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik. Kecantikannya itu tersohor hingga ke negeri tetangga. Namanya adalah Putri Lala Intan Bulaeng. Putri raja itu tak hanya memiliki paras yang cantik, tetapi juga kepribadian yang baik. Maka dari itu, ia begitu dicintai oleh rakyatnya. Hingga pada suatu hari, Putri Lala tiba-tiba terjangkit sebuah penyakit yang aneh. Sang raja tentu saja berusaha untuk menyelamatkan putrinya. Namun, semua usaha yang telah dilakukan nampaknya belum membuahkan hasil. Datu Samawa bahkan meminta bantuan pemimpin kerajaan lain, yaitu Datu Dompu dan Datu Bima untuk mencari tabib sakti guna menyembuhkan putrinya. Sayangnya, lagi-lagi usaha mereka menemui jalan buntu. Mengadakan Sayembara Bertahun-tahun sudah Putri Lala Intan Bulaeng mengidap penyakit aneh. Namun selama itu pula, masih belum ada yang mampu menyembuhkannya. Raja kemudian merasa sangat putus asa. Terlebih lagi, ia juga tidak tega melihat istrinya yang setiap hari menangis meratapi kondisi anak perempuannya. Sang raja kemudian memanggil para penasihatnya. Ia ingin meminta pendapat dari mereka mengenai tindakan yang harus dilakukan selanjutnya. Dari pertemuan tersebut kemudian diputuskan supaya raja mengadakan sayembara. Kemudian katanya, “Barang siapa dapat menyembuhkan putriku yang sedang sakit parah nanti akan kuberi hadiah.” “Jika perempuan akan kuangkat sebagai anak. Namun jika laki-laki, nanti akan kujadikan menantu, ” lanjutnya. Baca juga Dongeng Burung Tempua dan Burung Puyuh Beserta Ulasannya, Pengingat Bahwa Tiap Orang Punya Selera Berbeda Perjalanan Kesembuhan Sang Putri Para utusan raja kemudian menyebar untuk membagikan perihal sayembara itu. Ada yang menuju ke arah barat, timur, selatan, dan utara. Dengan begitu, semakin banyak orang yang mendengar dan mengikuti sayembara, semakin cepat pula putri disembuhkan. Berita tentang sayembara itu terdengar hingga seantero negeri. Semua orang yang merasa mampu menyembuhkan sang putri boleh mengikutinya. Kabar sayembara tersebut sampai juga ke Pulau Sulawesi. Banyak tabib dari daerah tersebut kemudian menjajal peruntungannya untuk menyembuhkan sang putri. Para tabib sakti yang datang memang kebanyakan berasal dari tempat yang jauh-jauh. Mereka mengerahkan semua kemampuan untuk mengobati sang putri. Sayangnya, tak ada satu pun yang berhasil. Raja tentu saja merasa begitu sedih mengetahui fakta tersebut. Akan tetapi, ia masih berharap ada keajaiban yang akan menyelamatkan putrinya. Datanglah Seorang Kakek-Kakek Hari berganti hari, keadaan sang putri tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Hingga pada suatu hari, ada seorang kakek tua yang sudah renta bernama Daeng Paringgi datang ke istana. Ia datang jauh-jauh dari Ujung Pandang untuk mengikuti sayembara meski jalannya sudah susah dan menggunakan tongkat. Setelah diizinkan masuk dan menghadap raja, kakek itu memohon izin untuk mengikuti sayembara menyembuhkan Putri Lala Intan Bulaeng. Katanya, “Ampun beribu ampun, Baginda. Hamba ke mari memberanikan diri untuk mengikuti sayembara yang diadakan oleh Baginda. Apakah Baginda memperkenankan hamba untuk mengikutinya?” “Tentu saja, semua orang berhak mengikuti sayembara yang kuadakan,” jawab sang raja. Kakek tersebut kemudian diantar oleh beberapa pengawal untuk bertemu menemui Putri Lala Intan Bulaeng. Mereka kemudian berjalan menuju sebuah bukit yang terletak di sebalah timur istana. Di sana, sang putri telah tidur di atas bale-bale yang sekelilignya ditutup oleh kain putih. Setelah itu, pengawal yang mengantar menjaga di luar bale. Kemudian, Daeng Paringgi masuk ke dalam balai tersebut. Laki-laki tua kemudian berdoa sebelum mencoba untuk menyembuhkan sang putri. Atas kuasa Tuhan, perempuan itu pun akhirnya sembuh. Baca juga Cerita Rakyat Asal-Usul Ikan Pesut Mahakam dan Ulasan Menariknya, Sebuah Pelajaran Bagi Orang Tua Raja Bahagia Putrinya Sembuh Putri Lala Bulaeng yang sudah sembuh kemudian bersama-sama dengan Daeng Paringgi dan beberapa pengawalnya menghadap raja. Ketika melihat sang putri di hadapannya sudah sembuh, tentu saja membuatnya merasa sangat bahagia. Sesuai dengan perjanjian, seharusnya Datu Samawa menjadikan Daeng Paringgi sebagai menantunya. Namun, melihat fisik sang tabib yang sudah begitu tua, sang raja tentu saja tidak tega jika putri cantiknya menikah dengan lelaki itu. Ia lalu berubah pikiran. Katanya, “E… Daeng, rasa terima kasihku tak terhingga terhadap Daeng karena telah menyembuhkan putriku. Maka sekarang, aku akan memberimu hadiah yang sangat banyak.” “Jika Daeng menginginkan uang, maka aku akan memberikannya. Jangankan uang, emas permata, atau harta apa pun itu akan aku berikan,” lanjutnya. Mendengar hal tersebut, tentu saja Daeng Paringgi merasa kecewa. Ia sedih karena tiba-tiba sang raja mengingkari janjinya. Dengan sopan, laki-laki tua itu menolak hadiah yang diberikan oleh sang raja. Ia lalu berjalan keluar meninggalkan istana. Di lain sisi, Putri Lala Bulaeng merasa iba setelah melihat wajah sedih Daeng Paringgi saat keluar istana. Ia kemudian berlari mengejar pria itu menuju ke ujung tanjung. Kebenaran tentang Daeng Paringgi Dari jarak yang tidak begitu jauh, sang putri melihat Daeng Paringgi menaiki sampannya. Saat itu juga, keajaiban pun terjadi. Kakek tua yang renta tersebut berubah menjadi seorang pemuda yang begitu tampan dan gagah. Seketika itu, Putri Lala Bulaeng merasa jatuh cinta. Wanita muda itu lalu menghampiri sang pemuda. Katanya, “Apakah benar Tuan adalah kakek tua yang mengobatiku tadi?” “Iya benar, Putri. Kakek tua tadi adalah perwujudan hamba. Nama hamba yang sebenarnya adalah Zainal Abidin. Hamba berasal dari Kerajaan Gowa.” Sang putri kemudian mengangguk dan berkata, “Tuan, mari menghadap Ayahanda bersama-sama. Tuanlah yang seharusnya menjadi suamiku sesuai dengan sayembara yang telah diucapkan ayahandaku.” Akan tetapi, usulan Putri Lala Bulaeng itu tidak disetujui oleh sang pemuda. “Maafkan hamba, Putri. Namun, hamba tidak bisa kembali ke istana lagi.” “Hamba tidak memiliki keberanian untuk menghadap sang raja. Karena siapalah hamba ini yang hanya datang dari pulau seberang,” katanya sambil tersenyum. Baca juga Dongeng Ikan Mas Ajaib dan Pohon Emas Beserta Ulasannya, Pengingat Agar Selalu Tulus Melakukan Segala Hal Kejadian yang Tragis pun Terjadi Putri Intan Lala Bulaeng kemudian terdiam sejenak. Ia memikirkan cara untuk meyakinkan Zainal Abidin supaya mau kembali ke istana. Lalu katanya, “Siapa pun Tuan dan dari mana datangnya, apabila pandai membawa diri dan elok menempatkan sikap, maka akan jadi saudaran sejiwa.” “Jika Tuan tetap tidak bersedia, maka saya akan tetap berada di sini,” sumpahnya. Perkataan tersebut membuat sang pemuda terhenyak. Namun, ia memang sudah berbulat hati untuk pergi dan mengikhlaskan sang putri. “Maafkan hamba, Putri. Tapi, hamba tetap tidak bisa. Semoga suatu hari nanti, kita dipertemukan lagi jika Tuhan mengizinkan,” putusnya. Ia kemudian mengayuh sampannya dan pergi menjauh dari sang putri. Putri Lala Intang Bulaeng merasa sangat sedih karena ditinggal oleh cinta pertamanya. Ia pun menangis sejadi-jadinya. Tanpa sadar, sang putri berlari mengejar pujaan hatinya hingga sampai ke tengah laut. Akhirnya, wanita yang malang tersebut meninggal karena tenggelam. Sejak saat itu, tempat itu kemudian diberi nama Tanjung Menangis untuk mengenang kisah sedih kedua sejoli ini. Baca juga Kisah Rapunzel Si Putri Rambut Panjang Versi Grimm Bersaudara dan Ulasan Lengkapnya Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Sumbawa Tanjung Menangis Sumber Wikimedia Commons Menurutmu bagaimana cerita lengkap legenda Tanjung Menangis asal Sumbawa ini? Seru sekali, kan, pastinya? Nah selanjutnya, di sini kamu akan menyimak mengenai unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita tersebut. Mari langsung saja dilanjutkan membacanya! 1. Tema Tema dari legenda Tanjung Menangis asal Sumbawa ini adalah menepati janji yang telah diucapkan. Jika tidak, akan ada banyak pihak yang tersakiti. Jika saja Datu Samawa menepati janjinya, Daeng Paringgi dan Putri Lala Intan Bulaeng pasti sudah menikah. Hal itu akan menyelamatkan Daeng dari rasa kecewa dan sang putri dari patah hati. 2. Tokoh dan Perwatakan Dari cerita rakyat Tanjung Menangi asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini, ada tiga tokoh yang akan dibahas lebih dalam. Ketiga tokoh tersebut adalah Datu Samawa, Daeng Paringgi, dan Putri Lala Intan Bulaeng. Datu Sawama sebenarnya adalah seorang raja yang begitu mencintai rakyatnya. Ia juga seorang ayah yang sangat menyayangi putrinya. Segala usaha ia lakukan untuk kesembuhan sang putri. Hanya saja, dirinya tidak bisa memegang teguh janjinya. Dengan seenaknya, ia membatalkah hadiah sayembara dan menggantinya begitu saja setelah melihat fisik dari sang tabib yang menyembuhkan anaknya. Setelah itu, ada Daeng Paringgi. Ia merupakan seseorang yang baik dan bijak. Dirinya datang jauh-jauh dari Sulawesi untuk mencoba menyembuhkan putri. Meskipun raja tiba-tiba mengubah hadiahnya, ia menerimanya dengan lapang dada dan tidak memilih jalan kekerasan. Kemudian yang terakhir tentu saja ada Putri Lala Intan Bulaeng. Wanita ini adalah wanita berparas cantik dan baik hati. Sayang sekali, ia harus mengalami jatuh cinta dan patah hati di saat yang bersamaan karena ayahnya yang mengingkari janji. 3. Latar dari Cerita Rakyat Tanjung Menangis Asal Sumbawa Secar umum, latar belakang dari cerita rakyat Tanjung Menangis ini terjadi di Nusa Tenggara Barat, tepatnya daerah Sumbawa. Namun tenang saja, kamu pun bisa menemukan latar spesifiknya di sini. Beberapa yang sudah disebutkan adalah kerjaan, bukit samping kerajaan, dan laut. Selanjutnya, latar suasanya yang paling mendominasi dalam kisah ini adalah kesedihan dan kekecewaan. 4. Alur Seperti kebanyakan legenda-legenda yang mungkin telah kamu baca, cerita rakyat asal sumbawa berjudul Tanjung Menangis ini menggunakan alur maju. Kisahnya dimulai dengan Putri Lala Intan Buleang yang memiliki penyakit aneh. Datu Samawa sudah mengundang banyak sekali tabib sakti untuk menyembuhkannya. Namun, hasilnya tetap saja nihil. Hingga akhirnya, ia mengadakan sayembara. Nah ternyata, yang berhasil mengobati sang putri adalah seorang kakek yang sudah renta. Sayangnya, sang raja kemudian mengingkari janji karena tidak rela kalau putrinya menikah dengan laki-laki tua itu. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah sang kakek tua merupakan jelmaan seorang pemuda tampan dan Putri Lala pun jatuh cinta padanya. Namun kemudian, laki-laki itu tetap pergi. Sang putri pun patah hati dan tenggelam ke laut saat mengejar pujaan hatinya. 5. Pesan Moral dari Cerita Rakyat Tanjung Menangis Lewat legenda tersebut, kamu bisa memetik banyak sekali pelajaran. Salah satunya yaitu jangan pernah mengingkari janji yang kamu buat. Lihat saja, akibat perbuatan raja yang ingkar janji, ia malah harus kehilangan anak perempuannya. Selanjutnya, setiap orang tua tentu saja menyayangi anak-anaknya. Namun, terkadang mungkin ada caranya yang salah. Contohnya bisa kamu baca lagi cerita di atas. Selanjutnya, jangan pernah menilai seseorang hanya karena fisiknya. Bukankah penampilan tidak menjamin segalanya? Dan yang terakhir, kamu harus menyadari bahwa hidup ini terkadang memang tidak bisa diduga. Kamu mungkin akan mengalami kekecewaan, tapi bukan berarti kamu bisa melampiaskannya dengan amarah. Contohlah Daeng Paringgi yang lapang dada menerima kekecewaannya. Tak hanya unsur-unsur intrinsiknya, jangan lupakan unsur ekstrinsik yang membangun kisah Tanjung Menangis asal sumbawa ini. Unsur ekstrinsik itu meliputi nilai-nilai yang telah dipegang teguh, latar belakang penulis, dan juga masyarakatnya. Baca juga Kisah Kupu-Kupu Berhati Mulia & Ulasan Menariknya, Pengingat untuk Selalu Berbuat Baik pada Siapa Saja Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Tanjung Menangis dari Sumbawa Sumber Indonesia Traveler Nah tadi, kan, kamu sudah membaca cerita lengkap beserta ulasan singkat unsur-unsur intrinsiknya. Nah selanjutnya, masih ada fakta-fakta dari cerita rakyat Tanjung Menangis yang menarik utnuk disimak. 1. Memiliki Versi Cerita Lain Fakta menarik yang pertama adalah cerita rakyat Tanjung Menangis asal Sumbawa ini memiliki versi lain. Namanya juga legenda yang dulunya diceritakan secara turun temurun, perbedaan versi dan nama tokoh adalah hal yang lumrah. Nah, kalau di versi yang satu ini, sewaktu Daeng Paringgi kelaur dari istana, Putri Lala Intan Bulaeng berteriak histeris menangisi kepergiannya. Hal itu kemudian membuat penyakit sang putri datang kembali. Karena tidak tega, Daeng Paringgi kembali datang ke istana mengobati sang putri. Nah di sinilah, lelaki tua itu berubah menjadi laki-laki tampan yang membuat sang putri jatuh hati. Namun kemudian, ada seorang pengawal yang melihat kalau Daen Paringgi memeluk sang putri dan mengadukannya pada raja. Raja tentu saja marah karena berpikiran kalau putrinya dilecehkan. Akhirnya, sang raja menyuruh pengawalnya untuk membunuh pemuda itu. 2. Tempat Wisata Tanjung Menangis Tanjung Menangis yang legendanya kamu baca di atas bukanlah sebuah tempat khayalan. Tempat wisata ini benar-benar ada dan terkenal karena keindahannya. Wisata Tanjung Menangis terlatak di Kecamatan Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Tempat ini masih terlihat begitu asri dan sejuk. Tak hanya menarik wisatawan lokal, rupanya tempat ini juga sudah di kalangan wisatawan mancanegara. Namun sayang sekali, akses menuju ke sama masih terbilang cukup susah. Sudah Puas Membaca Cerita Rakyat Tanjung Menangis Asal Sumbawa di Atas? Demikanlah cerita beserta ulasan lengkap dari cerita rakyat Tanjung Menangis asal Sumbawa yang bisa kamu simak di sini. Semoga menghibur dan kamu bisa memetik pelajara berharga dari kisah tersebut. Selain cerita di atas, kamu pun dapat menyimak berbagai legenda dari daerah yang sayang jika dilewatkan. Beberapa contohnya adalah legenda Putri Tangguk, asal mula Sungai Mahakam, dan kisah Bunga Mawar Merah yang sombong. Kalau mencari kisah nabi, fabel, atu dongeng dari luar negeri juga ada, lho. Tunggu apalagi? Pokoknya, baca terus PosKata, yuk! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.
Baitusen dan Mai Lamah merupakan cerita rakyat riau yang sering dihubungkan dengan Legenda Pulau Sanua yang berada di Kepualauan Riau. Cerita rakyat daerah Riau ini merupakan cerita ketiga yang berasal dari daerah Riau yang kami posting di blog . Ceritanya sangat menarik untuk disimak. Selamat membaca. Cerita Rakyat dari Daerah Kepulauan Riau Baitusen dan Mai Lamah Cerita Rakyat dari Daerah Kepulauan Riau “Istriku, kita tak bisa terus tinggal di sini. Kita harus berani merantau jika ingin mengubah nasib,” kata Baitusen pada Mai Lamah. Baitusen dan Mai Lamah adalah sepasang suami-istri miskin yang tinggal di Natuna, Kepulauan Riau. Karena bosan hidup miskin, Baitusen ingin merantau, “Selagi muda, kita harus giat mencari uang,” katanya. Pilihan mereka jatuh ke Pulau Bunguran yang terkenal dengan kekayaan Iautnya. Mereka berharap bisa mengumpulkan kerang dan ikan untuk dijual. Sesampainya di Pulau Bunguran, Baitusen bekerja sebagai nelayan. Ia bekerja keras menangkap kerang, siput laut, dan ikan. Sedangkan Mai Lamah tiap hari mengusuri pantai untuk mengumpulkan kulit kerang dan siput, lalu dirangkai menjadi kalung dan gelang. Baitusen dan Mai Lamah senang tinggal di Pulau Bunguran. Penduduknya ramah. Kadang Mai Lamah bersama para ibu berkumpul dan mengobrol sambil membuat kalung dari kulit kerang. Hari berganti hari, kehidupan Baitusen dan Mai Lamah semakin membaik. Suatu hari, ketika sedang melaut, Baitusen menemukan lubuk teripang. Di dalamnya terdapat ribuan ekor teripang. “Wah, ini rezeki! Teripang- teripang ini mahal harganya, apalagi jika ku keringkan. Para saudagar dari Singapura dan China tentu mau membelinya dengan harga mahal,” katanya dengan senang. Sejak itu, Baitusen tak lagi mencari kerang dan ikan. Dari lubuk teripang temuannya, ia bisa menangkap banyak untuk dijual. Mai Lamah juga tak lagi mencari kulit kerang. Ia membantu suaminya mengeringkan teripang-teripang itu. Tak lama, teripang kering milik Baitusen tersohor sampai ke negeri tetangga. Banyak saudagar dari Singapura dan China datang untuk membeli. Para saudagar itu memanggil Mai Lamah “Nyonga May Lam”, sedangkan Baitusen dipanggil “Saudagar Teripang”. Dalam setahun, kehidupan Baitusen dan Mai Lamah berubah drastis. Mereka menjadi orang yang sangat kaya raya. Namun kekayaan mereka membuat perangai Mai Lamah berubah. Mai Lamah tak lagi berkumpul dan mengobrol bersama tetangganya. Pergaulannya dengan para saudagar itu membuatnya lupa diri. Nama Nyonya May Lam membuatnya berpenampilan beda. Ia menggunakan gincu, minyak wangi, dan bedak yang tebal. Perhiasan emas memenuhi leher dan tangannya. Jika tangannya digerakkan, maka gelangnya akan berbunyi “krincing… krincing….” Cerita Rakyat dari Daerah Kepulauan Riau Baitusen dan Mai Lamah “Mengapa ia tak mau lagi bergaul dengan kita?” tanya seorang tetangganya. “Entahlah. Mungkin penampilan kita yang jelek dan berbau anyir?” jawab tetangga yang lain. “Hei, bukankah ia dulu serupa dengan kita? Bahkan dulu ia lebih kumal dari kita?” seru yang lain. Begitulah para tetangga mulai memperbincangkan Mai Lamah. Suatu hari, seorang tetangga mengadakan hajatan. Semua orang diundang, tapi Mai Lamah tak datang. Tetangga itu kemudian mengantar nasi ke rumahnya, supaya Mai Lamah juga mencicipi hidangannya. “Apa ini?” tanya Mai Lamah ketika menerimanya. “Nasi hajatan, Mai Lamah. Lauknya ikan asin dan sambal. Ada juga sayur daun pepaya. Kau suka, bukan?” jawab tetangganya. “Suka? Hidangan semacam ini menjijikkan untukku. Coba, ciumlah bau ikan asin ini. Anyir sekali. Lekas kau bawa kembali nasimu ini. Aku tak sudi memakannya!” kata Mai Lamah sambil melemparkan bakul nasi itu. Si tetangga hanya tertegun mendengar perkataan Mai Lamah itu. Lain halnya dengan Baitusen. Ia tak berubah dan tetap sederhana. Ia selalu menasihati istrinya. “Istriku, rezeki itu datangnya dari Tuhan. Kau tak boleh sombong. Nanti Tuhan marah. Ingat, pertama kali kita datang ke pulau ini, bukankah tetangga-tetangga kita memperlakukanmu dengan baik?” nasihat Baitusen kepada istrinya. “Itu dulu, Bang. Sekarang ceritanya lain. Aku sudah menjadi istri seorang saudagar, tentu saja tak boleh bergaul dengan sembarang orang,” ketus Mai Lamah. Suatu hari, Baitusen mengumumkan kalau Mai Lamah hamil! Semenjak itu, perilaku Mai Lamah bukannya bertambah baik, tapi malah hertambah sombong. Ia gemar memamerkan perhiasan emas untuk colon bayinya, hadiah dari para saudagar China dan Singapura. Ketika Mak Semah, tetangganya yang seorang bidan menawarkan diri untuk memeriksa kehamilannya, Mai Lamah malah mencemoohnya. “Aku hanya akan memeriksakan kehamilanku pada tabib dari China. Mereka jauh lebih hebat darimu.” Mak Semah hanya bisa diam. “Rupanya wanita ini memang sudah benar-benar lupa diri,” pikirnya dalam hati. Tibalah saatnya Mai Lamah melahirkan. Siang itu perutnya terasa mulas sekali. Baitusan amat cemas. “Aduhh… aduhh… aku tak tahan lagi, Bang. Panggilkan tabib China di kapal saudagar Apeng yang berlabuh di dermaga,” teriak Mai Lamah. Malang bagi mereka, kapal Saudagar Apeng pulang lebih awal dari rencana semula. Baitusen kebingungan. Tiba-tiba ia teringat pada Mak Semah. “Maaf, Baitusen. Aku tak bisa menolong istrimu. Aku sudah pernah menawarkan jasaku padanya. Tapi ia malah menghinaku,” jawab Mak Semah. “Bawalah ia ke pulau seberang. Di sana ada bidan yang terkenal. Mungkin istrimu mau diperiksa olehnya,” kata Mak Semah lagi. Baitusen panik. Ia kembali ke rumah. Ia membujuk istrinya meminta maaf pada Mak Semah. “Apa? Minta maaf pada bidan kampung itu? Aku tak sudi! Antarkan saja aku ke pulau seberang,” kata Mai Lamah. Baitusen tak bisa memaksa istrinya. Dengan bersusah payah ia membopong istrinya ke perahu. Tiba-tiba Mai Lamah ingat sesuatu. “Bang, cepat kembali ke rumah. Bawalah peti harta kita. Aku takut jika para tetangga mencurinya,” katanya. “Tapi peti itu berat sekali. Bukankah kau menyimpan semua harta kita di dalamnya?” jawab Baitusen. “Justru karena itu Bang. Jika peti itu sampai hilang, habislah kita,” kata Mai Lamah lagi. Baitusen pun menuruti perintah istrinya. Baitusen mendayung perahunya sekuat tenaga. Perahu itu terasa berat. Apalagi, gelombang di lautan tinggi sekali. Perahu mulai oleng dan tenggelam. Mai Lamah berteriak-teriak melihat peti hartanya tenggelam. “Bang… selamatkan peti harta kita. Jangan sampai tenggelam, Bang!” Baitusen tak memedulikan hartanya. Baginya, keselamatan istrinya jauh lebih penting. Ia menarik tangan Mai Lamah dan terjun ke laut. Ia berusaha berenang sambil menarik istrinya menuju daratan. Tapi sayang, Baitusen tak mampu lagi menyelamatkan istrinya. Tiba- tiba petir menyambar-nyambar dan hujan turun sangat deras. Secepat kilat, petir itu menyambar tubuh Mai Lamah. Tubuhnya berubah menjadi batu yang berbadan dua. Batu itu makin lama makin besar, menyerupai sebuah pulau. Demikianlah akhir cerita Mai Lamah yang sombong itu. Pulau berbadan dua itu dikenal dengan nama Pulau Sanua yang berarti “satu tubuh berbadan dua”. Masyarakat meyakini bahwa burung layang-layang putih yang banyak terdapat di Kepulauan Riau itu berasal dari perhiasan emas Mai Lamah. Pesan moral dari Cerita Rakyat dari Daerah Kepulauan Riau untukmu adalah Janganlah menjadi orang yang sombong. Orang yang baik hati dan tidak sombong akan selalu dicintai oleh orang-orang di sekitarnya. Jika Adik-adik suka dengan legenda rakyat kali ini, jangan lupa baca kisah rakyat riau lainnya yaitu yaitu Cerita Rakyat Riau Legenda Dayang Kumunah dan Kumpulan Cerita Rakyat Daerah Riau.
Banyak sekali cerita rakyat di Negara kita, salah satunya adalah Legenda Pulau Senua. Ada pelajara yang bisa di petik dari cerita rakyat ini. Yuk kita ceritakan untuk si kecil berbagai legenda yang ada di negara kita. Pulau Senua Senoa adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di laut laut Cina Selatan yang berbatasan dengan negara Malaysia timur Kalimantan Utara. Pulau Senua ini merupakan wilayah dari kabupaten Natuna, provinsi Kepulauan Riau. Alkisah pada jaman dahulu di Natuna, hiduplah sepasang suami istri yang selalu didera kemiskinan. Kehidupan mereka tak pernah membaik sejak menikah. Karena ingin merubah nasib, pasangan suami istri itu memutuskan untuk merantau ke Pulau Bunguran yang terkenal akan kekayaan lautnya. Ketika telah tiba di Pulau Bunguran, sang suami yang bernama Baitusen bekerja sebagai nelayan seperti halnya penduduk asli pulau itu. Sehari hari Baitusen mencari kerang dan siput. Sang istri yang bernama Mai Lamah bekerja membantu suaminya membuka kulit kerang yang akan dijual sebagai bahan baku perhiasan. Baitusen dan Mai Lamah sangat kerasan tinggal di Pulau Bunguran. Selain penduduknya yang menjunjung tinggi nilai persaudaraan terhadap sesama, kehidupan mereka juga lebih baik dibanding sewaktu menetap di Natuna. Baitusen bekerja dengan penuh semangat. Daerah tangkapan siput dan kerangnyapun semakin hari semakin jauh. Semangat Baitusen untuk merubah nasib keluarganya semakin besar takkala Mai Lamah mulai mengandung. Ia tak ingin anaknya nanti menderita seperti yang pernah ia rasakan bersama istrinya. Pada suatu ketika tanpa sengaja, Baitusen menemukan lubuk teripang yang berisi ribuan ekor teripang. Para tetangga menyarankan Baitusen untuk mengeringkan teripang teripang itu dan menjualnya kepada para pedagang yang datang dari Cina. Harga teripang kering di Cina sangatlah mahal. Karena itulah para pedagang Cina bersedia membelinya dengan harga tinggi. Apa yang dikatakan tetangga Baitusen bukanlah isapan jempol belaka. Baitusen memperoleh banyak uang dari hasil penjualan teripang keringnya. Dalam waktu sekejap, Baitusen dan Mai Lamah berubah menjadi orang kaya di Pulau Bunguran. Semenjak itu, Baitusen tak pernah lagi mencari siput dan kerang, Ia terus memburu teripang setiap hari. Uang yang diperolehnya dipergunakannya untuk membeli perahu yang lebih besar. Karena nasibnya yang mujur, Baitusen selalu memperoleh teripang dalam jumlah besar. Hanya dalam waktu singkat, Baitusen dan Mai Lamah terkenal sebagai pedagang teripang yang kaya raya. Kekayaan yang diperoleh suaminya, rupanya membuat Mai Lamah lupa daratan. Bukan hanya dandanannya yang berubah bak seorang nyonya, perangainyapun ikut berubah. Mai Lamah kini bukanlah Mai Lamah yang dulu. Ia berubah menjadi seorang wanita yang sangat sombong dan kikir. Mata hatinya seakan tertutupi oleh silaunya harta. Ia bukan hanya menolak tetangganya yang datang meminta bantuannya, melainkan juga menghina mereka. Teguran Baitusen agar Mai Lamah merubah sikapnya sama sekali tak dihiraukannya. Para tetangga mulai menjauh dari Baitusen dan Mai Lamah. Mereka enggan untuk sekedar bertegur sapa dengan suami istri itu. Meski demikian Mai Lamah tak jua berubah. Ia justru merasa beruntung tak ada lagi orang yang datang ke rumahnya untuk meminta bantuan. Hari berganti hari, waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa tibalah saatnya Mai Lamah untuk melahirkan. Baitusen merasa sangat bingung ketika istrinya itu berteriak teriak kesakitan. Segera saja Baitusen meminta pertolongan kepada para tetangga. Rasa sakit hati membuat tak seorangpun di Pulau Bunguran yang mau menolong, bahkan dukun beranakpun menolak untuk menolong Mai Lamah. Baitusen sungguh tak tega melihat Mai Lamah kesakitan. “Ayolah kita berangkat ke pulau seberang ,dik..”, katanya kepada Mai Lamah. “Abang dengar disana ada seorang dukun beranak…”, tambahnya lagi sambil memapah Mai Lamah. Meski sedang menahan rasa sakit yang luar biasa, Mai Lamah masih saja teringat akan harta bendanya. “Jangan lupa bawa semua emas kita, bang..”, katanya kepada suaminya. Baitusen menurut saja kata kata istrinya. Ia segera mengambil semua emas mereka dan kembali memapah Mai Lamah ke perahu. Baitusen mulai mendayung perahunya. Arus air dari arah pulau yang dituju membuat perahunya berat untuk dikayuh. Belum lagi emas yang mereka bawa membuat perahu itu semakin terasa berat. Meski Baitusen telah mendayung dengan sekuat tenaga, perahunya hanya melaju perlahan. Semakin ke tengah laut, ombak yang datangpun semakin besar. Baitusen mulai kehabisan tenaga. Air laut yang masuk ke dalam perahu membuat Mai Lamah menjerit ketakutan. “Awas bang… kita bisa tenggelam…”, teriaknya panik. Ketakutan Mai Lamah segera menjadi kenyataan. Air laut yang masuk ke dalam perahu semakin deras dan akhirnya membuat perahu itu tenggelam. Legenda Pulau Senua Tubuh Baitusen dan Mai Lamah hanyut terbawa gelombang air laut dan terdampar di pantai Bunguran Timur. Angin kencang dan hujan turun dengan derasnya ketika tubuh sepasang suami istri itu tiba di pantai. Tak terduga kilat menyambar tubuh Mai Lamah yang berbadan dua itu berkali kali dan merubahnya menjadi batu. Seiring berjalannya waktu, batu jelmaan tubuh Mai Lamah bertambah besar dan menjadi sebuah pulau. Oleh masyarakat sekitar pulau yang terletak di ujung Tanjung Senubing, Bunguran Timur itu dinamakan Senua yang berarti satu tubuh berbadan dua. Saat ini Pulau Bunguran terkenal sebagai pulau sarang burung walet yang konon merupakan jelmaan dari perhiasan yang dikenakan Mai Lamah. Pesan moral dari Legenda Pulau Senua adalah janglah menjadi orang yang sombong dan kikir. Kita membutuhkan orang lain dalam kehidupan kita. Oleh karenanya bertingkah lakulah yang baik agar bisa diterima oleh masyarakat. Baca legenda terbaik kami lainnya Cerita Legenda Di Indonesia Asal Muasal Sungai KawatCerita Dongeng Singkat Fabel Tupai dan Ikan GabusContoh cerita rakyat pendek dari Nusa Tenggara TimurContoh Cerpen Anak Dari Legenda Nusa Tenggara TimurCerita Dongeng Anak Pendek Legenda Sari BulanKumpulan Cerita Legenda Dari Nusa Tenggara Barat Batu GologKumpulan Cerita Rakyat Indonesia dari BaliDongeng Anak Indonesia Gede Gusti PasekanCerita Legenda Indonesia – Dongeng Rakyat Yogyakarta Terbaik
Memang belum terlalu banyak kumpulan cerita rakyat Nusa Tenggara Timur yang telah kami posting. Namun kami pastikan legenda dri NTT yang ada di blog ini mengandung pesan moral didalamnya. Pada kesempatan kali ini kami membagikan beberapa koleksi dongeng rakyat pendek yang pernah kami posting sebelumnya. Selamat mendongeng dan selamat membaca yah Papa dan Mama. Kumpulan Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur yang Paling Populer Legenda Rakyat Watu Maladong Dahulu kala di Sumba, hiduplah seorang petani yang sehari hari mengerjakan kebun miliknya. Pada suatu pagi, sang petani yang bermaksud melihat kondisi kebunnya sangat terkejut manakala melihat tanaman miliknya hancur berantakan. Ia mengamati sekeliling dan menemukan jejak babi hutan. Sang petani tak habis pikir bagaimana babi babi itu bisa masuk ke dalam kebunnya yang sekelilingnya dipagar tinggi. Pintu masuk kebunnyapun selalu tertutup dan dikunci kalau sang petani pulang ke rumah. Rasa penasaran membuat sang petani memutuskan untuk menunggui kebunnya malam itu. Dengan bekal tombak sakti warisan leluhurnya yang bernama Numbu Ranggata, sang petani duduk diam diatas sebuah pohon sambil mengamati sekeliling. Dugaan petani itu benar. Tak berapa lama ia menunggu, terdengarlah suara sekawanan babi hutan mendatangi kebunnya. Sungguh aneh, kawanan babi itu mampu menembus tembok pembatas kebunnya dengan mudah. Sang petani mengamati seekor babi yang tengah asyik memakan umbi keladi persis dibawah pohon tempat ia duduk. Karena penasaran, sang petani melempar tombak Numbu Ranggata miliknya yang tepat mengenai perut babi sial itu. Sekawanan babi hutan itu langsung pergi meninggalkan kebun begitu mengetahui ada anggotanya yang terluka. Tombak Numbu Ranggata milik sang petani itupun ikut terbawa pergi. Pagi pagi sekali sang petani mulai menyusuri jejak darah dari perut babi yang terluka. Kali ini bukan hanya rasa penasaran yang ada dihatinya, sang petani juga resah karena tombaknya ikut terbawa. Tombak Numbu Ranggata miliknya itu harus kembali. Tombak itu adalah tombak sakti yang diwariskan leluhurnya turun temurun. Lagi lagi timbul keanehan. Jejak darah si babi hutan berhenti di tepi pantai. Sang petani bingung bagaimana mungkin kawanan babi itu datang dari pulau lain. Hal itu membuat sang petani termenung beberapa saat di tepi pantai. Ia tak habis pikir apa yang sebenarnya terjadi. Tiba tiba sang petani dikejutkan oleh sebuah suara yang menyapanya. “Apa yang sedang kau lamunkan hai manusia ?”, tanya seekor penyu yang rupanya bisa bercakap cakap. Lagi lagi sang petani terkejut. Belum pernah ia bertemu dengan hewan yang mampu berbicara layaknya seorang manusia. Meski jantungnya masih berdebar kencang karena terkejut, sang petani menceritakan apa yang dialaminya kepada si penyu. “Aku akan mengantarmu ke pantai seberang jika kau mau”, tawar penyu kepada sang petani. “Aku yakin kau akan menemukan apa yang kau cari disana”, ujarnya lagi. Sang petani semula ragu untuk menerima tawaran penyu besar itu. Namun ketakutannya dikutuk karena telah menghilangkan tombak sakti warisan leluhurnya, membuat sang petani akhirnya setuju. Ia pun segera naik ke punggung penyu. Si penyu bergerak membawa sang petani ke pulau seberang. Setelah menempuh perjalanan sehari semalam, tibalah penyu dan sang petani di sebuah pulau berpantai indah. “Semoga kau menemukan apa yang kau cari disini”, kata penyu seraya pamit kepada sang petani. “Jika kau memerlukanku, panjatlah sebuah pohon di pantai dan berteriaklah kearah laut, aku akan datang menjemputmu”, pesannya lagi. Tak lama kemudian penyu itu kembali berenang ke tengah laut. Sang petani berjalan menyusuri pantai sambil berharap menemukan seseorang tempat ia bertanya. Tak memerlukan waktu lama matanya menangkap sebuah rumah sederhana tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia segera menghampiri rumah itu dan mengetok pintunya. Sang petani berharap empunya rumah bisa memberinya petunjuk. Pemilik rumah itu adalah seorang nenek yang tinggal seorang diri. Setelah memberikan sang petani sedikit makan dan minum, si nenek menanyakan apa maksud kedatangan sang petani ke pulau itu. Ia mendengarkan cerita sang petani sambil terkadang menganggukkan kepala tanda mengerti. “Aku paham ceritamu. Babi babi yang merusak kebunmu adalah babi jadi jadian dari pulau ini”, kata si nenek. “Mereka adalah sekelompok manusia yang mempunyai ilmu gaib. Mereka merupakan orang orang yang menguasai pulau ini ”, tambahnya lagi. Kelihatannya si nenek tahu pasti tentang penduduk pulau tempatnya berdiam. Sang petani sungguh senang karena pertanyaannya tentang babi babi yang merusak kebunnya terjawab sudah. Namun demikian ia tak dapat meninggalkan pulau itu tanpa membawa pulang tombak saktinya, Numbu Ranggata. Beruntunglah nenek yang baik hati itu mau melatih sang petani beberapa jurus ilmu sakti yang ia miliki. Setelah beberapa hari tinggal di rumah nenek itu, sang petani segera pergi ke perkampungan sesuai petunjuk si nenek. Disana ia tinggal sebagai pendatang yang diterima bekerja pada seorang penduduk yang cukup berada. Dari hari ke hari sang petani terus memasang telinganya dengan baik. Ia senantiasa menyimak setiap pembicaraan orang di sekitarnya. Sang petani berharap segera memperoleh informasi yang ia perlukan. Pada suatu malam tanpa sengaja sang petani mendengar percakapan tuannya tentang kepala suku mereka yang sedang sakit. Sudah banyak tabib yang mencoba mengobatinya, bahkan yang didatangkan dari pulau pulau lain, namun semuanya gagal. Sang kepala suku masih saja terbaring sakit. Sang petani memberanikan diri untuk mengobati kepala suku itu. Ia pun memohon bantuan tuannya untuk dibawa ke kepala suku. Sang petani menduga kepala suku dan keluarganya adalah orang orang sakti pemilik ilmu gaib seperti yang diceritakan si nenek. Keesokan harinya, dengan ditemani tuannya, sang petani berhasil menemui kepala suku. Atas ijin keluarga yang mulai putus asa, sang petani diijinkan untuk melihat kondisi kepala suku. Rupanya firasat petani itu benar adanya. Matanya langsung tertuju pada perut sebelah kanan kepala suku yang terus meneteskan darah. Ia teringat akan tombaknya yang menancap di perut seekor babi jadi jadian tempo hari. “Kalau boleh saya menebak, apakah perut bapak tertikam sebilah tombak ?”, tanya sang petani langsung pada kepala suku. Kepala suku dan seluruh anggota keluarganya yang ada di ruangan itu terkejut. Mereka tak menyangka sang petani mengetahui penyebab sakitnya kepala suku. Kepala suku mengangguk perlahan seraya berkata, “Ya, perutku tertikam tombak”, ujarnya pelan. “Jika kau berhasil mengobati lukaku ini, aku akan memberikan apa saja yang kau mau”, janjinya lagi. Kepala suku berharap sang pendatang di kampungnya itu mampu mengobatinya. “Baiklah..”, kata sang petani singkat. “Besok pagi aku akan kembali membawa ramuan untuk bapak minum”, ujarnya lagi. Sang petani dan tuannya segera pamit pulang. Sore itu sang petani datang lagi menemui nenek tua di tepi pantai. Sang nenek memberinya ramuan untuk mengobati kepala suku. “jika kepala suku itu telah sembuh, selain tombak Numbu Ranggata milikmu, mintalah juga batu yang disebut Watu Maladong miliknya. Batu itu mampu menciptakan sumber air dan menumbuhkan tanaman palawija dimana saja yang kau kehendaki”, kata si nenek lagi. Sang petani tertarik sekali atas usul si nenek, iapun menyetujuinya. Si nenek memberinya beberapa jurus ilmu sakti lagi kepada sang petani. Si nenek tahu kepala suku itu tak akan memberikan Watu Maladong dengan cuma cuma. Ia pasti akan mengajak sang petani mengadu kesaktian lebih dulu. Sungguh ajaib, ramuan sakti yang diberikan sang petani kepada kepala suku langsung membuat lukanya sembuh. Kepala suku seketika itu juga merasa dirinya pulih seperti sediakala. Hatinya sungguh senang. Ia sangat berterima kasih kepada sang petani. “Apa yang kau minta sebagai balasan atas jasamu menyembuhkanku ?”, tanya kepala suku kepada sang petani. “Kalau tak keberatan, ada dua permintaanku”, kata sang petani sambil menatap kepala suku. “Aku minta tombak yang menghujam perutmu dikembalikan. Sesungguhnya tombak itu adalah milikku yang merupakan warisan dari leluhurku”, kata sang petani perlahan. Wajah kepala suku merah padam mendengar ucapan sang petani. “Berarti orang ini mengetahui rahasia keluargaku yang bisa menjadi babi jadi jadian”, pikirnya sambil mencoba menahan amarah. “Bukankah ia yang melemparkan tombaknya ke perutku sewaktu aku berwujud seekor babi ?”, ujar kepala suku dalam hati sambil menatap tajam kearah sang petani. “Baiklah..”, kata kepala suku singkat dengan suara bergetar. “Aku akan mengembalikan tombakmu”, katanya singkat. “Lalu apa permintaanmu yang kedua ?”, tanyanya tak sabar. Sang petani semula ragu mengutarakan keinginannya. Tapi mengingat kampung halamannya memerlukan mata air dan tanaman palawija yang bisa tumbuh subur disana, akhirnya ia berkata. “Aku menginginkan Watu Maladong milikmu”, ujarnya dengan suara sedatar mungkin. “kampungku memerlukannya”, tambahnya lagi sambil mengamati reaksi kepala suku. Kepala suku bagaikan disambar petir mendengar permintaan sang petani. “Tentulah orang ini bukan orang sembarangan”, pikirnya mengambil kesimpulan. “Kalau tidak, bagaimana mungkin ia tahu Watu Maladong kepunyaanku ?”, gumamnya perlahan sambil menahan tubuhnya yang mulai gemetar menahan emosi. “Kau tahu kesaktian Watu Maladong milikku bukan ?”, tanya kepala suku. Sang petani mengangguk. “Aku akan memberikannya padamu dengan satu syarat”, ujar kepala suku dengan tegas. “Kau harus bisa mengalahkan kesaktianku lebih dulu”, kepala suku berkata sambil berdiri. “Jika kau setuju, aku menunggumu nanti malam untuk bertempur di tanah lapang belakang rumahku”. Sang petani setuju. Ia kembali ke rumah si nenek di tepi pantai sambil membawa Numbu Ranggata yang dikembalikan kepala suku kepadanya. “Tak usah gentar”, kata si nenek kepada sang petani yang terlihat ragu. “Sesungguhnya kaupun memiliki kesaktian sebagai pemilik Numbu Ranggata”, ujar si nenek pelan. “Kau bisa mendatangkan petir dengan mengarahkan tombakmu ke langit”, lanjutnya lagi. “Petir itu akan menyambar siapa saja yang menjadi lawanmu”. Sang petani mendengarkan kata kata si nenek dengan seksama. “Satu hal yang perlu kau ketahui”, si nenek berkata sambil memandang kearah laut. “Jurus andalan mereka adalah mengguncang bumi. Jangan panik jika bumi mengguncangmu. Diam saja dan menyatulah dengan bumi. Niscaya goncangannya akan segera berhenti”, lanjut si nenek membuka rahasia kepala suku. Setelah mendengar penjelasan si nenek, petani itu yakin dirinya akan menang bertarung melawan kepala suku. Ketika matahari mulai terbenam, ia berangkat menuju rumah kepala suku dengan membawa tombak saktinya. Seluruh keluarga kepala suku telah berkumpul di lapangan belakang rumah mereka. “Lawanlah putra sulungku”, kata kepala suku sambil berdiri menyambut kedatangan sang petani. “Jika kau berhasil mengalahkannya maka itu berarti kau telah mengalahkanku”, katanya seraya menepuk nepuk pundak seorang pemuda yang berdiri di sampingnya. Pertempuranpun dimulai. Setelah beradu kesaktian lewat perkelahian sengit, sang petani dan putra kepala suku sama sama tangguh. Mereka telah bertempur selama dua jam lebih ketika akhirnya putra kepala suku menggunakan jurus andalannya. Ia segera memejamkan mata, menunjuk bumi dengan kedua belah telapak tangannya dan seketika itu juga bumi tempat sang petani berdiri berguncang dengan hebatnya. Sang petani teringat akan kata kata si nenek. Iapun segera berbaring sambil memegang Numbu Ranggata di tangan kanannya. Matanya terpejam, ia membiarkan tubuhnya seolah olah menyatu dengan bumi. Sang petani merasakan bumi terbelah dan ia tertelan bumi. Meski sedikit panik, ia terus memejamkan mata sambil menenangkan diri. Cukup lama sang petani merasakan tubuhnya terguncang sebelum akhirnya guncangan itu semakin berkurang. Kira kira satu jam kemudian sang petani mendapati dirinya berada dalam posisi terlentang di atas tanah tempatnya berdiri. Sang petani bersyukur dirinya baik baik saja. Tak mau membuang waktu, sang petani segera mengarahkan tombak saktinya kearah langit malam. Tak lama kemudian petir menyambar nyambar membelah langit yang gelap. Sinarnya sungguh menyilaukan mata. Sebuah petir yang diikuti suara menggelegar menyambar tubuh pemuda lawannya. Tubuh sang pemuda itu hangus terbakar. Seketika itu juga sang pemuda tewas. Kepala suku dan seluruh keluarganya memekik. Mereka terkejut melihat kematian sang pemuda. Meski menahan kesedihan yang begitu mendalam, kepala suku berjiwa besar dan menerima kekalahannya. Ia menyerahkan Watu Maladong yang sedari tadi dibawanya kepada sang petani. “Batu ini ada tiga”, katanya sambil menyerahkannya kepada sang petani. “Ketiga batu ini akan mengeluarkan air di tempat yang kau inginkan. Ketiganya juga akan menumbuhkan padi, jagung, dan jewawut di tanah kelahiranmu kelak”, tambahnya. Kepala suku dan seluruh keluarganya mengantarkan sang petani ke pinggir desa. Sang petani yang membawa Numbu Ranggata dan Watu Maladong itupun singgah di rumah nenek yang telah menolongnya untuk pamit. Ia memanjat pohon kelapa di depan rumah si nenek dan memanggil penyu yang segera datang untuk membawanya pulang kembali ke Sumba. Ia naik ke punggung penyu dan menghilang di lautan. Watu Maladong yang dibawa sang petani memberikan empat mata air di Sumba yaitu mata air Nyura Lele di Tambolaka, mata air Weetebula di Weetebula, mata air Wee Muu di perbatasan Wewewa Barat dan Wewewa Timur dan mata air Weekello Sawah di Wewewa Timur yang bentuknya menyerupai juluran lidah seekor naga. Ketiganya juga menumbuhkan padi, jagung, dan jewawut di tanah Sumba. Dari berbagai sumber Kumpulan Cerpen Singkat – Dongeng Rakyat Nusa Tenggara Timur Di Pulau Timor, ada seorang petani yang memiliki empat belas anak, tujuh laki-laki dan tujuh perempuan. Hasil kebun mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup karena sering dirusak babi hutan. Petani itu pun menugaskan anak laki-lakinya untuk menjaga kebun. Namun, hanya ada satu anaknya yang pemberani, yaitu Suri Ikun. Suatu malam, kakak tertua mengajak Suri Ikun mencari gerinda milik ayahnya di tengah hutan. Namun saat mencari, Suri Ikun ditinggal sendiri di tengah hutan. Lalu, Para hantu hutan menangkap Suri Ikun. Mereka mengurung Suri Ikun di dalam gua. Pada gua itu ada celah kecil, membuat sinar matahari bisa masuk. Karena kurus, para hantu memberi Suri Ikun makanan agar lekas gemuk. Setelah gemuk, barulah Suri Ikun akan mereka mangsa. Kumpulan Cerpen Singkat Anak Untuk lebih jelas baca posting kami berikut ini Kumpulan Cerpen Singkat – Dongeng Rakyat Nusa Tenggara Timur Contoh cerita rakyat pendek dari Nusa Tenggara Timur Dikisahkan, ada seorang gadis jelita, putri seorang raja, bernama Putri Bete Dou, di Kerajaan Nusa Tenggara Timur. Ia hidup seorang diri di rumah pohon di dalam hutan. Suatu malam ia kedatangan tamu tak diundang. “Siapa di luar? Ada apa gerangan datang ke mari?” Tanya Putri dari balik pintu. “Aku putra raja Kerajaan Loro. Namaku Mare Loro,” jawab Mare Loro. “Suaramu sangat merdu, aku senang mendengarnya. Bolehkah aku masuk?” lanjut Mare Loro penuh kekaguman dan harapan. Putri Bete Dou merasa melayang perasaannya dipuja puji oleh seorang putra raja. Pintu dibuka dan sejenak terdiam kaku seperti tersihir pesona wajah masing-masing. Contoh cerita rakyat pendek NTT Untuk lebih lengkap cerita ini silahkan kunjungi link berikut ini Contoh cerita rakyat pendek dari Nusa Tenggara Timur Cerita Rakyat NTT – Dongeng Nusa Tenggara Timur Tampe Ruma Sani Alkisah pada zaman dulu ada seorang anak perempuan yang suka menguncir rambutnya yang panjang bernama Tampe Ruma Sani. Namanya memang agak sulit, tetapi artinya begitu bermakna untuk masa depannya. Tampe Ruma Sani sudah setahun ditinggal mati oleh ibunya. Kini dia hidup bernama ayah dan adik lelakinya. Karena ayahnya bekerja sebagai nelayan dan adiknya masih sangat kecil, maka hampir semua pekerjaan rumah dilakukan oleh Tampe Ruma Sani. Setiap hari ia bertugas memasak, membersihkan rumah serta ikut menjual hasil tangkapan ayahnya. Meskipun demikian, gadis kecil itu tak pernah mengeluh. Cerita Rakyat NTT Dongeng Nusa Tenggara Timur Cerita lengkap legenda ini bisa diikuti dilink berikut ini Cerita Rakyat NTT – Dongeng Nusa Tenggara Timur Tampe Ruma Sani Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur Bete Dou Pada zaman dahulu kala di daerah Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah Kerajaan yang di pimpin oleh seorang Raja yang memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan yaitu Manek Bot dan Bete Dou. Bete Dou adalah seorang putri yang cantik jelita, ia sangat dicintai dan dikasihi oleh Raja dan Permaisuri juga kakak Iaki-lakinya yaitu Manek Bot. Sri Baginda Raja serta permaisuri sangat berharap Putri Bete Dou akan membawa berkah kesejahteraan, mereka memiliki rencana akan memingit Bete Dou supaya selalu terjaga kesuciannya. Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur Bete Dou Baca dongeng lengkapnya di link berikut ini Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur Bete Dou Pesan moral dari Kumpulan Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur ini adalah Jadilah anak yang rajin belajar dan mengasah kemampuan, anak yang cerdas dan memiliki berbagai keahlian akan sukses dimasa yang akan baik kepada siapapun dan kapanpun maka kamu akan disukai oleh orang lain. Dan saat kamu mendapatkan kesulitan kamu akan mendapat bantuan dari yang tidak pernah kamu duga sebelumnya. Pranala Luar fanspage ini berisi dongeng dan cerita rakyat Nusantara dan Dunia Channel youtube yang berisi kumpulan dongeng duniaKumpulan Cerita Rakyat KalimantanCerita Rakyat Indonesia
cerita rakyat dari nusa laut